Beberapa kerajaan yang ada di Indonesia merupakan kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang hancur ataupun ditumpas baik oleh orang yang menumpas yang berasal dari dalam kalangan kerajaan, ada juga yang dari luar kerajaan atau juga dari kerajaan lain, seperti yang terjadi pada kerajaan yang satu ini, yaitu Kerajaan Majapahit.
Pada tahun 1292, Kertanegara yang pernah menjadi raja dari Kerajaan Singosari dan dibunuh oleh Jayakatwang, memiliki menantu yang bernama Raden Wijaya. Raden Wijaya melarikan diri untuk menghindari serangan Jayakatwang dan beliau menyusun rencana untuk mengalahkan Jayakatwang. Pada tahun 1293, kerajaan Mongol yang pernah diusir dari Kerajaan Singosari datang ke Jawa untuk menghancurkan Kerajaan Singosari, padahal Kerajaan Singosari sudah habis atau sudah bubar kerajaannya. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk menghancurkan Jayakatwang. Raden Wijaya dan tentara Mongol menghancurkan Jayakatwang, namun setelah itu Raden Wijaya berbalik menyerang tentara Mongol hingga tentara Mongol terusir dari Jawa.
Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit di tahun 1293. Ada beberapa pemberontakan, antara lain adalah pemberontakan Ranggalawe di tahun 1295 dan pemberontakan Lembu Sora di tahun 1298 yang menyebabkan Lembu Sora tewas dalam pertempuran penumpasan pemberontakan. Pada tahun 1309, Raden Wijaya meninggal dan kekuasaan digantikan oleh anaknya yang bernama Jayanegara. Punggawa kerajaan yang bernama Rasemi dan Rakuti memberontak, yang menyebabkan raja Jayanegara mengungsi ke desa Badander di tahun 1318-1319.
Gajah Mada dengan pasukan Bhayangkara berhasil mengalahkan Rakuti dan Jayanegara kembali ke istana di tahun 1319 dan Gajah Mada diangkat menjadi Patih. Namun, pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh Tanca seorang tabib kerajaan. Karena Jayanegara tidak meninggalkan keturunan, kekuasaan digantikan oleh adik perempuannya yang bernama Tribuwana Tunggadewi. Pada tahun 1343 Gajah Mada mengikrarkan Sumpah Palapa yaitu penyatuan nusantara. Tribuwana Tunggadewi meninggal dan digantikan oleh putranya, yaitu Hayam Wuruk.
Pada saat Hayam Wuruk berkuasa di tahun 1350-1389, Kerajaan Majapahit berada di puncak kejayannya. Di tahun 1357, Hayam Wuruk ingin menikahi putri Sunda yang bernama Dyah Pitaloka, namun Gajah Mada tidak setuju, pernikahan ini harus merupakan bentuk tunduknya Sunda kepada Majapahit. Pertanyaan Gajah Mada itu menimbulkan kemarahan dan perang di daerah bubat sehingga disebut Perang Bubat. Pertempuran atau perang ini dimenangkan oleh Majapahit, sehingga menyebabkan Dyah Pitaloka bunuh diri dan Gajah Mada diberhentikan sebagai Mahapatih.
Pada tahun 1364, Gajah Mada meninggal, dan di tahun 1389, Hayam Wuruk meninggal. Sepeninggal Hayam Wuruk, terjadilah perebutan kekuasaan oleh menantu Hayam Wuruk yang bernama Wikrama Wardhana dengan Bhre Wira Bumi, putra Hayam Wuruk dari selir. Perebutan kekuasaan ini menimbulkan perang yang diberi nama Perang Paregreg, yang dimenangkan oleh Wikrama Wardhana. Penerus Wikarama Wardhana berturut-turut adalah Suhita, Kertawijaya, Rajasa Wardhana, Purwawisesa, dan Brawijaya V. Di tahun 1478,kedatangan kerajaan Islam berakibat pada runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Putra Brawijaya V yaitu Raden Fatah masuk Islam lalu mendirikan Kerajaan Demak.
Kitab Karya Sastra peninggalan Kerajaan Majapahit:
Negara Kertagama karya Mpu Prapanca.
Sutasoma karya Mpu Tantular.
Arjunawiwaha karya Mpu Tantolar.
Pararaton karya Kunjarakunya.